ROGO SUKMO PAKAI AL KAHFI

Kiriman kamandanu@gmail.com

pada Mei 13, 2008
OLEH : R. BAMBANG SUKMARAGA

Asalamualaikum,Jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh
orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-
Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini
bukanlah isapan jempol semata….
Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW lewat perantara Malaikat Jibril as. Kitab ini terdiri
dari 30 juz, 114 surah, yang isi kandungannya
menyelimuti seluruh aspek kehidupan dunia dan
akhirat. Ada masalah Tauhid, hukum, ilmu
pengetahuan, juga kisah para anbiya dan mursalin
atau kisah orang-orang shaleh yang begitu gigih dan
berani berkorban demi mempertahankan iman
kepada Allah SWT. Salah satunya adala kisah para
pemuda beriman kepada Allah pengikut Nabi Isa as,
di masa pemerintahan raja Dikyanus (Dicius).
Merekalah yang disebut sebagai Ashabul Kahfi. Kisah
tentang mereka terdapat dalam Surah Al-Kahfi.
Selain kisah para Ashbul Kahfi, di dalam surah ini juga
diceritakan tentang Nabi Musa as yang disertai salah
seorang muridnya mencari Nabi Khidir as dipertemuan
dua arus laut untuk belajar ilmu gaib, namun sayang
Nabi Musa tidak sabar sehingga tidak bisa menimba
ilmu tersebut.Menurut para ahli ilmu hikmah, jika
seseorang membaca surah Al-Kahfi pada malam
Jum’at satu kali, maka akan diampuni oleh Allah
dosanya selama satu minggu sebelumnya, dan satu
minggu sesudahnya. Sedangkan ahli hikmah lainnya mengatakan, jika
ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang
lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi.
Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah
isapan jempil semata. Penulis adalah seorang saksi
yang telah membuktikan kebenarannya.
Kejadian ini saya alami sekitar tahun 86-an silam.
Ketika itu, saya masih kuliah di salah satu perguruan
Agama Islam di Banjarmasin. Sebagai mahasiswa,
saya amat suka membeli dan membaca buku, baik
yang berhubungan dengan mata kuliah, maupun
buku-buku yang tidak ada hubungannya sama sekali
dengan perkuliahan. Misalnya, buku telepati atau
buku-buku ilmu hikmah.
Salah satu kitab ilmu hikmah yang penulis baca dan
amalkan adalah Kitab Mujarabat. Saya pernah
mengamalkan membaca surah Al-Ikhlas disertai
puasa mutih agar bisa bertemu dengan khodamnya
yang bernama Syekh Abdul Wahid, namun saya tidak
berhasil untuk bertemu dengan khodam tersebut.
Kemudian saya coba mengamalkan 4 ayat terakhir
surah Al-Kahfi sebanyak 160 kali. Apa yang terjadi?
Menurut petunjuk kitab Mujarabat tersebut, jika Anda
ingin bertemu dengan ruh diri Anda sendiri, atau ruh
orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir surat Al-Kahfi
sebanyak 160x. Diceritakan bahwa amalan ini pernah
diamalkan oleh seseorang di dalam penjara di zaman
Belanda.
Pada waktu tengah malam, orang tersebut didatangi
oleh ruh dirinya sendiri yang mengatakan bahwa dia
sebentar lagi akan dibebaskan dari penjara. Tidak
lama kemudian, orang tersebut benar-benar
dibebaskan dari penjara.
Cerita tersebut, sangat menarik minat saya untuk
mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi. Waktu
itu, kebetulan saya tinggal sendiri dikos-kosan.
Dengan demikian saya bisa membuat persiapan yang
dibutuhkan dengan matang. Seperti menyediakan hio
cap buah Tao, serta puasa hari kamis. Malam
Jum’atnya, barulah saya membaca amalan tersebut di
atas susuai dengan petunjuk yang ada dalam
Mujarobat.
Ternyata, butuh waktu berjam-jam untuk
menyelesaikan amalan tersebut. Namun,
Alhamdulillah, penulis berhasil menyelesaikannya
dengan baik. Setelah itu, saya membakar hio
kemudian berbaring di atas dipan. Posisi tubuh
telentang dengan kedua tangan disedekapkan di dada
seperti orang shalat sambil berdzikir.
Sebenarnya, tuntunan dzikir seperti ini tidak ada
didalam kitab tersebut. Hal ini saya lakukan atas
inisiatif sendiri.
Ketika berdzikir “Khafi Allah…Allah,” penulis merasakan
suatu kenikmatan yang luar biasa sampai suatu
ketika, saya dikejutkan oleh kehadiran anak-anak
kecil berusia lima tahunan. Mereka melempari tubuh
penulis dengan bola-bola tenis.
Penulis jadi terusik dengan kehadiran mereka.
Kemudian saya bangun untuk mengusir mereka.
Namun apa yang terjadi? Ketika saya bangkit,
ternyata penulis dapat meninggalkan tubuh sendiri
yang telentang di atas dipan. Anehnya, hal yang
musykil ini tidak sempat saya pikirkan. Penulis malah
langsung mengusir anak-anak tersebut hingga
akhirnya mereka menghilang. Setelah itu, saya
terjalan kembali lagi ke tubuh semula yang masih
terbaring di atas dipan.
Setelah sadar dengan pengalaman tersebut, saya
bertambah yakin dengan kebenaran petunjuk di
dalam kitab. Karena itulah, pengalaman pertama
melihat ruh diri sendiri di malam Jum’at tersebut,
membuat penulis ingin mengulanginya kembali.
Sama seperti malam Jum’at sebelumnya, kali ini pun
saya melakukan prosesi yang serupa. Hingga
sampailah ketika saya sedang asyik dengan dzikiran,
tiba-tiba saya dikagetkan dengan kemunculan orang-
orang tinggi besar.
Ya, tinggi badan orang-orang itu dari lantai sampai
flafon. Tubuhnya yang tinggi besar ditumbuhi oleh
bulu-bulu hitam pekat. Tubuh mereka juga hanya
dibungkus dengan cawat putih, dengan mata sebesar
bola pingpong berwarna merah.
Mereka melempari penulis dengan obor-obor yang
menyala. Dalam hati penulis berpikir, “Pasti mereka
adalah orang tua dari anak-anak yang malam Jum’at
sebelumnya menggangguku. Tentu orang tua mereka
menuntut balas padaku!”
Tanpa rasa takut walau sedikitpun, penulis bangkit
dari tidur. Aneh, sama seperti kejadian sebelumnya,
tubuh penulis ketinggalan di atas dipan. Namun saya
tidak menghiraukan hal tersebut. Dengan gigih saya
membalas serangan mereka dengan menangkap
lemparan obor-obor mereka. Setelah berhasil saya
tangkap, kemudian penulis lempar lagi ke arah
mereka.
Namun mereka begitu tangguh. Buktinya, mereka
selalu bisa menghindari lemparan penulis. Hingga,
pada lemparan terakhir, penulis membaca ayat
Qursyi. Kemudian melempar obor api itu dengan
sekuat tenaga. Akhirnya, terdengar lengkingan
panjang. Merekapun menghilang.
Begitulah yang penulis alami. Subhanallah!
Setelah mengalami dua kali kejadian tersebut, maka
pada malam Jum’at berikutnya, penulis mengulang
lagi amalan tersebut diatas. Namun kejadian kali ini
sungguh luar biasa bagi penulis yang waktu itu belum
pernah berguru pada seseorang, sehingga tidak
mengerti kejadian apa yang sedang penulis alami.
Pada malam kejadian tersebut, saya merasakan
tubuh saya dapat naik dan berputar-putar seperti
spirial. Pertama menembus atap rumah. Saya tentu
kaget bukan kepalang. Terlebih saat menengok ke
bawah, maka saya dapat melihat tubuh sendiri yang
masih telentang dengan posisi tangan bersedekap
seperti orang shalat.
Tubuh penulis terus naik dengan kecepatan yang
tinggi. Tetapi di saat yang sama ada kenikmatan luar
biasa yang belum pernah penulis rasakan seumur
hidup. Dalam kenikmatan tersebut, penulis sempat
melewati bintang-bintang dengan aneka warna yang
sangat indah. Setelah itu, barulah penulis ingat akan
tubuhku yang masih tertinggal di bumi, tepatnya di
atas dipan.
Lalu membatin, “Pastilah saya sedang dalam
perjalanan menuju ke alam kematian. Alangkah
enaknya jika saya mati seperti ini. Karena menurut
cerita, kalau orang mau mati, sakitnya luar biasa
sewaktu ruhnya mau keluar dari raga. Tetapi yang
saya rasakan adalah sebaliknya, kenikmatan yang
luar biasa.”
Dalam perjalanan melewati bintang-bintang kali ini,
penulis teringat kedua orangtua. Mereka
mengharapkan saya bisa menjadi sarjana. Tidak
sebagaimana saudara-saudara penulis yang kuliahnya
berhenti di tengah jalan. “Lantas, kalau aku mati,
pupuslah harapan mereka!” Batin penulis. Karena
itulah dalam seketika muncul keinginan tidak mau
mati saat itu. Ya, penulis ingin kembali ke dunia!
Seketika, saya terhempas ke bumi. Tubuh ini sampai
terlonjak. Saya pun lalu menangis tanpa tahu
sebabnya. Untuk meredam tangis agar tidak didengar
oleh para tetangga, maka saya pun menutup mulut
dengan bantal.
Sejak kejadian tersebut, saya tidak berani lagi
mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi tersebut.
Mengapa? Sebab saya sangat takut tidak bisa kembali
lagi dan mati, untuk kemudian dikubur. Padahal bisa
jadi, saat itu saya belum semestinya mati.
Beberapa tahun kemudian, saya sempat bertemu
dengan seorang yang ahli dalam ilmu Hikmah.
Ternyata, menurut H. Hasyim, salah seorang
berderajat Waliyullah yang kebetulan bertemu
dengan penulis di kampung Karang Tengah,
Martapura, Kalimantan Selatan, menjelaskan bahwa
sebenarnya kejadian yang saya alami itu bukan
menuju alam kematian, tetapi menuju suatu tempat
dimana di tempat tersebut penulis akan diajarkan
ilmu laduni.
Sedangkan guru spiritual penulis mengatakan, bahwa
orang yang mengamalkan 4 ayat terkahir surah Al-
Kahfi, ruhnya akan menjadi ringan. Tapi orang yang
mengamalkan 4 ayat itu, sebelumnya harus
mempunyai pagaran badan yang kuat agar tidak
diganggu makhluk gaib sewaktu ruh atau sukmanya
meninggalkan badan.
Oleh guru spiritual ini, saya diminta untuk tidak
melakukan meraga sukma untuk beberapa waktu.
Penulis diberi amalan untuk membuat pagaran badan
agar kalau sedang meraga sukma tidak akan
mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Amalan untu
pagaran badan ini berupa puasa selama 7 hari, serta
wirid selama 7 malam berturut-turut.
Ahamdulillah, setelah selesai menjalani ritual pagaran
badan, penulis diajak meraga sukma oleh guru.
Setelah itu penulis dengan mudah melakukan meraga
sukma berkat mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-
Kahfi.
Demikian pengalaman sejati yang telah saya lakoni
sendiri. Semoga ada hikmahnya. Pesan saya, jangan
sekali-kali mendalami ilmu gaib tanpa bimbingan
seorang guru, sebab bisa fatal akibatnya.wasalam.

63 tanggapan untuk “ROGO SUKMO PAKAI AL KAHFI”

  1. Blajar apaan sih itu ayat yg ke 4 dari ayat trakir artinya aja “Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.”

    Suka

↓ ungkapan SILATURAHMI .~terima kasih atas kunjungannya.