DEWA DEWI

wahyusantoso@gmail.com

Asalamualaikum,ini hanya cerita atau telaah wawasan.Bangsa Dewa adalah dewa dan dewi India, yang
memiliki peradaban, tempat tinggal dan pusat
pemerintahan di Kahyangan. Mengenai siapa sajakah
nama-nama dan tokoh-tokohnya dapat disimak dari
kebudayaan dan kepercayaan bangsa India atau
kisah pewayangan. Walaupun beberapa tokoh dalam
pewayangan tidak sungguh-sungguh ada, dan ada
beberapa jalan ceritanya yang dibelokkan sehingga
tidak sesuai dengan cerita aslinya, tetapi cukup untuk
menjadi dasar pengetahuan mengenai bangsa dewa
dan perilakunya.
Di seluruh dunia ada kepercayaan dan pemujaan
kepada dewa dan dewi, bukan hanya di Indonesia
atau Cina atau India, tapi juga di Eropa, Asia, Arab,
Afrika, Amerika (Indian), Eskimo, Australia (Aborigin),
Jepang, dsb, tetapi tidak semua sosok dewanya
benar-benar ada. Kebanyakan adalah hasil ciptaan
pikiran manusia sendiri (pemujaan pada mitos dan
legenda) dan di dalam persaingannya masing-masing
bangsa menciptakan sendiri dewa-dewa yang lebih
“hebat” daripada dewa-dewa bangsa lain.
Sosok dewa-dewi yang benar-benar ada adalah dewa
dan dewi India, dan pemujaan pada kedewaan
mereka bukan hanya berdasarkan hasil pikiran
manusia saja (animisme / dinamisme), tetapi
berdasarkan kemampuan spiritual bangsa India yang
bisa mendeteksi dan mengenal mahluk halus tingkat
tinggi seperti dewa dan buto.
Pada jaman dulu, di negara India dan sekitarnya,
yang hingga saat ini masih tetap merupakan wilayah
dengan budaya kebatinan dan spiritual nomor 1
tertinggi di dunia, kebanyakan tokoh manusia dan
orang-orang sakti dunia persilatan, selain menguasai
ilmu-ilmu kesaktian, juga menguasai keilmuan
kebatinan dan spiritual tingkat tinggi, sehingga
mereka juga mengenal mahluk halus berdimensi
tinggi seperti dewa dan buto, dan mengerti juga
tentang wahyu-wahyu yang diturunkan oleh dewa.
Dan berkelahi / bertarung dengan mahluk halus
berkesaktian dan berdimensi tinggi seperti buto
adalah sesuatu yang biasa.
Sosok-sosok dewa yang benar-benar ada hanya
diketahui oleh orang-orang dan masyarakat yang
berbudaya kebatinan dan spiritual tinggi.
Di tempat-tempat yang budaya kebatinan dan
spiritualnya tidak tinggi, biasanya dewa-dewa mereka
adalah dewa-dewa ciptaan pemikiran mereka sendiri
untuk maksud dipuja (berhala). Termasuk raja-raja
mereka juga disebut keturunan dewa, supaya dipuja
dan dihormati oleh rakyatnya.
Para dewa berpusat di kahyangan di pegunungan
Himalaya, sebagai pusat pemerintahan Dewa, tetapi
sehari-harinya mereka tersebar ke banyak tempat,
bukan hanya di India, Indonesia dan Cina saja, tapi ke
seluruh dunia. Dan wahyu-wahyu yang mereka
turunkan adalah juga kepada semua orang di dunia.
Ada banyak sekali bangsa dewa, tetapi yang dikenal
oleh manusia biasanya hanya dewa-dewa utama
saja, sedangkan selain dewa-dewa utama ada juga
dewa-dewa setingkat senopati dan prajurit.
Bangsa Dewa memiliki bentuk tubuh bermacam-
macam. Kebanyakan memiliki bentuk tubuh dan
ukuran yang sama dengan manusia India, tetapi ada
juga yang bertubuh seperti binatang, misalnya
Hanoman dan Sun Go Kong yang bertubuh seperti
kera dengan tinggi +
2 m dan Ganesha yang bertubuh
manusia tetapi berkepala dan berwajah seperti gajah.
Dalam kehidupan para dewa, ada yang menjadi
pemuka / tokoh pemimpin, ada yang menjadi
senopati perang, ada yang menjadi prajurit. Batara
Indra adalah Dewa berwatak keras yang diserahi
tugas untuk urusan keamanan kahyangan dan
menjadi panglima perang bangsa dewa.
Pemerintahan dewa, disusun oleh para tokoh /
pemuka bangsa dewa dan mereka bertindak sangat
terkoordinasi. Sekalipun bangsa dewa memiliki
pemerintahan kerajaan kahyangan, memiliki
pemimpin, dan memiliki prajurit, tetapi tidak ada yang
menjadi raja. Yang ada adalah kepemimpinan yang
diakui oleh semua dewa dan masing-masing dewa
memiliki tugas dan peran yang saling terkoordinasi.
Para Dewa mengemban tugas dari Sang Penguasa
Alam untuk menuntun dan mengayomi kehidupan
manusia. Karena itu sebagian besar tujuan dari
manajemen para dewa adalah untuk mengatur
kehidupan manusia, supaya semuanya sesuai dengan
kehidupan yang dikehendaki oleh para dewa, yaitu
tertib, beradab dan berbudi pekerti. Sehingga bila
diketahui ada / akan ada seorang manusia atau
mahluk halus yang berpotensi menjadi perusak
DEWA
kehidupan maupun moral manusia, mereka akan
melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mencegah / mengatasinya. Sesudahnya, bila ada
manusia atau mahluk halus yang dianggap berjasa
bagi dewa, atau dikasihi dewa, maka akan diangkat
kepada derajat yang tinggi (menurut pandangan para
dewa), yaitu dijadikan dewa atau diberi kemuliaan
setingkat dewa dan diberi tempat tinggal di
kahyangan.
Dalam menjalankan tugasnya di bumi yang terkait
dengan bangsa manusia, para dewa tersebar ke
banyak tempat. Mereka mengatur kehidupan manusia
secara langsung ataupun tidak langsung. Hubungan
mereka terutama adalah dengan para pemimpin
manusia (raja atau presiden) di seluruh dunia, dan
tokoh-tokoh spiritual tertentu yang mereka berkenan,
dan peran mereka tersebut masih terus berlangsung
hingga masa sekarang, tetapi tidak semua orang
dapat melihat atau berhubungan dengan dewa,
karena tidak memiliki tingkat spiritual yang tinggi,
yang menjadi dasar untuk mengenal dewa.
Selain yang asli sebagai dewa / dewi, ada beberapa
dewa dan dewi yang asal-usulnya berasal dari bangsa
manusia, karena dianggap berjasa kepada dewa, atau
dikasihi oleh dewa. Ada juga yang asalnya dari
bangsa manusia atau bidadari yang diperistri oleh
dewa. Mereka mendapatkan penghormatan khusus
dari para dewa, diakui / diangkat derajatnya menjadi
dewa / dewi, diubah secara fisik menjadi dewa dan
dewi, diberi kekuatan dan kesaktian setingkat dewa,
dan diberi tempat tinggal bersama dewa di
kahyangan.
Bidadari adalah sebangsa mahluk halus yang
wujudnya mirip manusia perempuan, berpakaian
seperti perempuan ningrat jawa jaman dulu, yaitu
memakai kain / kemben dan berselendang seperti
penari jawa, hidup sebagai rakyat dan menjadi
pelayan para dewa. Dalam waktu-waktu tertentu,
biasanya pada malam bulan purnama, mereka
diijinkan untuk turun ke bumi, untuk pergi ke tempat-
tempat yang mereka ingin datangi.
Secara energinya, bangsa Dewa termasuk mahluk
gaib yang berenergi positif terhadap manusia.
Dari sisi kekuatan dan kesaktiannya, bangsa Dewa
memiliki kemampuan untuk melipat-gandakan
kekuatannya sampai menjadi 3 kali lipat keadaan
normalnya (triwikrama). Dan kekuatan kesaktian
maksimal rata-rata dewa bisa mencapai 300 kali lipat
kekuatan-kesaktian Ibu Ratu Kidul.
Semua bangsa Dewa memiliki kemampuan
triwikrama
, yaitu suatu kemampuan untuk
memaksimalkan kekuatannya hingga mencapai 3 kali
lipat kondisi normalnya. Keadaan ini biasanya terjadi
dalam kondisi bertarung atau kondisi yang
mengharuskannya mengeluarkan segenap
kekuatannya. Yang sering kita dengar tentang
triwikrama adalah triwikrama Dewa Wisnu.
Triwikrama Dewa Wisnu terkenal dalam pewayangan
karena pada saat bertriwikrama, tubuhnya berubah
menjadi raksasa tinggi besar dan menakutkan.
Sedangkan dewa-dewa lain yang sedang
bertriwikrama, bentuk tubuhnya tidak berubah, hanya
kekuatannya saja yang bertambah.
Bangsa Dewa termasuk mahluk gaib yang berdimensi
tinggi. Sulit untuk dilihat dengan mata, termasuk oleh
orang- orang yang mampu melihat gaib (kecuali
mereka yang menguasai dimensi spiritual yang tinggi
yang ditandai dengan lingkaran halo di belakang
kepalanya). Bahkan para mahluk halus sendiripun
jarang ada yang bisa melihat Dewa. Biasanya para
dewa-lah yang menunjukkan dirinya kepada manusia,
barulah manusia dapat melihat mereka. Selain sulit
dilihat, energi fisik mereka pun sangat halus dan sulit
untuk dideteksi, sehingga jarang ada yang dapat
mengetahui keberadaan mereka, termasuk para
mahluk halus sekalipun, walaupun ada dewa berada
di dekatnya.
Bangsa Dewa adalah mahluk yang berintelijensi tinggi
seperti manusia. Mereka mempunyai peradaban dan
pemerintahan dewa. Pada dasarnya mereka
mempunyai tempat tinggal tetap di Kahyangan, yang
secara duniawi letaknya ada di lereng Gunung
Himalaya, tetapi banyak Dewa yang tinggal di antara
manusia, karena mempunyai maksud dan tujuan
tersendiri. Tetapi secara berkala mereka bertemu atau
kembali berkumpul di kahyangan untuk urusan
pemerintahan Dewa (Penulis pernah bertemu dengan
para dewa yang sedang bersidang, pada suatu malam
purnama sekitar tahun 2008, di suatu lokasi
penggalian situs Majapahit yang baru ditemukan di
daerah Pare, Jombang-Kediri, Jawa Timur).
Misalnya, Dewa Semar (Dewa Ismaya) dan Dewa
Narada yang tinggal dan ‘berkelana’ di pulau Jawa.
Sering berdiam atau mengunjungi Candi Dieng dan
situs-situs Majapahit. Dewa Semar dan Dewa Narada
memiliki ikatan batin dengan tempat-tempat tersebut,
karena sejak jaman dulu mereka menjadi pengayom
orang Jawa, terutama tokoh-tokoh pemimpinnya.
Setelah jaman Majapahit berakhir-pun Dewa Semar
dan Dewa Narada masih menjadi pengayom orang-
orang tertentu di Jawa, secara tidak kelihatan mata.
Begitu juga dengan Dewi Kuan Im, Dewa Sun Go
Kong dan Dewa kekayaan Tionghoa (lupa namanya),
yang lebih sering berada di daratan Cina, karena
mempunyai misi tertentu disana.
Dewi Kuan Im dan bidadari,
oleh Nikoagus Setiawan.
Dewi Kuan Im adalah dewa perempuan yang
biasanya berada di daratan Cina, cantik dengan sorot
wajah lembut dan teduh. Sama seperti Batara Guru,
Dewi Kuan Im juga memiliki pancaran kekuatan
spiritual berupa lingkaran halo berwarna kuning di
belakang kepalanya.
Dewi Kuan Im sering menampakkan diri kepada
manusia dan sering menolong yang sedang
kesusahan. Kadang dalam penampakannya beliau
duduk di atas suatu singgasana berbentuk seperti
awan atau daun teratai dan membawa sebuah buku
kitab berisi rahasia kehidupan, yang akan diajarkan
atau diturunkan dalam bentuk wahyu atau wangsit
kepada manusia yang menjalankan suatu laku
tirakat / bertapa mencari pengetahuan spiritual
tentang kehidupan. Dewi Kuan Im adalah salah satu
dewa yang telah memberi Budha Gautama wahyu
keilmuan dan spiritual, dan beliau mengetahui itu. Dan
karenanya beliau sangat menghormati sang Dewi.
Dewa kekayaan Tionghoa (lupa namanya) bertubuh
seperti orang tua Cina, gendut dan berkepala botak.
Dewa Hanoman dan Dewa Sun Go Kong memiliki
bentuk tubuh seperti kera besar dengan tinggi + 2 m.
Mereka mendedikasikan diri untuk membela
kebenaran dan keadilan dan pantang mundur
sekalipun berhadapan dengan mahluk yang lebih sakti
sekalipun. Tetapi mereka memiliki perbedaan.
Hanoman bertubuh asli seperti kera besar putih kekar
dan perwatakannya seperti orang tua. Sun Go Kong
bertubuh seperti manusia tetapi berbulu dan berekor
seperti kera dan perwatakannya seperti anak-anak
yang suka bermain dan bercanda.
Dalam sejarah
hidupnya, Dewa Hanoman pernah berguru kepada
seseorang di Jawa Timur, yaitu kepada Resi
Mayangkara. Karena ketekunan lakunya,
kesaktiannya meningkat menjadi 2 kali lipat daripada
sebelumnya yang sama dengan kesaktian rata-rata
dewa utama. Resi Mayangkara telah menjadikan
Hanoman sebagai dewa yang paling sakti, bahkan
melebihi kesaktian Dewa Wisnu dan Dewa Semar.
Kemudian setelah itu para dewa yang lain datang
berbondong-bondong ingin juga belajar kepada sang
resi. Tetapi mereka tidak dapat menemukan
keberadaan sang resi, walaupun dicari-cari hingga ke
pelosok negeri. Resi Mayangkara telah lebih dulu
moksa, masuk ke alam gaib bersama dengan
raganya. Dan di alam gaib pun beliau menggunakan
suatu ilmu halimunan, sehingga tidak ada mahluk
halus, termasuk bangsa dewa, yang dapat
melihatnya.
Resi Mayangkara memang tidak mau sembarang
menerima murid, tetapi kepada Dewa Hanoman
beliau berkenan dan menaruh harapan. Perwatakan
dewa Hanoman yang seperti prajurit ksatria
menjadikan Resi Mayangkara percaya bahwa
Hanoman akan mengamalkan ilmunya hanya untuk
kebajikan.
Sampai sekarang situs tempat pertapaan Resi
Mayangkara di dekat Pare, Jawa Timur, masih sering
didatangi oleh para peziarah yang berharap sesuatu
kepadanya. Tetapi beliau sendiri sekarang sudah tidak
lagi tinggal di sana, yang ada adalah dhanyang-
dhanyang setempat yang menjaga kesakralan
pertapaannya.
Situs tempat pertapaan Dewa Hanoman menimba
ilmu tidak jauh letaknya dari situs tempat pertapaan
Resi Mayangkara di dekat Pare, Jawa Timur, dan
masih sering didatangi oleh para peziarah yang
berharap sesuatu kepadanya. Tetapi sama seperti Resi
Mayangkara, beliau sekarang sudah tidak lagi tinggal
di sana, yang ada adalah dhanyang-dhanyang
setempat yang menjaga kesakralan pertapaannya.
Dewa Semar dan Dewa Narada memiliki bentuk
tubuh yang hampir sama, yaitu seperti orang tua
bertubuh gemuk dan gendut, dan tubuh agak
membungkuk. Wajah mereka putih seperti memakai
bedak putih dengan tinggi badan kira-kira 2 m (seperti
rata-rata tinggi badan orang Eropa). Perilaku dan sikap
berpikirnya sangat bijaksana, cocok menjadi orang-
orang tua pengayom.
Seharusnya Dewa Semar yang menjadi pemimpin di
Kahyangan. Sosok bijaksana dan mengayomi
ditambah kesaktiannya yang lebih tinggi dibandingkan
dewa-dewa lain (tetapi tidak lebih tinggi dari Dewa
Wisnu), menjadikannya sosok pemimpin yang
diterima oleh semua dewa. Tetapi Dewa Semar lebih
suka tinggal di bumi bersama manusia, karena beliau
memiliki misi tersendiri. Kepemimpinan Kahyangan
diserahkan kepada Batara Guru. Jadi secara de yure
kepemimpinan ada di tangan Batara Guru, tetapi
secara de facto Batara Semar yang dijadikan
pemimpin. Bahkan Batara Guru pun
mengkonsultasikan dahulu semua keputusan yang
sifatnya penting kepadanya, misalnya tentang wahyu
keprabon dan wahyu-wahyu besar lain yang akan
diturunkan kepada seorang manusia.
Tambahan :
Ulasan di bawah ini terinspirasi pertanyaan dari
seorang pembaca dari penglihatannya tentang adanya
sosok gaib seorang perempuan cantik yang menghuni
dasar sungai Gangga, yang berpakaian kain sari India,
memakai kerudung ala wanita India, warna pakaian
dan kerudungnya merah.
Makara Sungai Gangga,
oleh Nikoagus Setiawan.
Sepengetahuan Penulis disana benar ada sosok itu,
tetapi itu bukan dewi, itu adalah pemimpin dari para
dhanyang yang menjaga Sungai Gangga, yang
menyampaikan laporan tentang permohonan orang-
orang yang datang ke Sungai Gangga itu ke
kahyangan.
Dewi Gangga sendiri tinggal di istana kecil di bagian
hulu Sungai Gangga di pegunungan. Di sungai itu juga
ada sosok naga / makara sungai Gangga yang biasa
menjadi tunggangan Dewi Gangga. Aslinya panjang
naga itu sekitar 1 km.
Sungai Gangga adalah sungai di India yang dianggap
suci dan sakral dan menjadi tempat ritual keagamaan
dan ritual pribadi oleh masyarakat setempat.
Dewi Gangga bertugas menjaga kesucian dan
kesakralan sungai Gangga.
Dewa Ganesha juga sering turun mengunjungi orang-
orang yang datang ke Sungai Gangga.nuwun

40 tanggapan untuk “DEWA DEWI”

  1. alhamdulillah gus banyugeni kulo turut bahagia mendengarnya.. salim ronda buat kangmas guru gus masnunub, akang guru cilintrik dan akang gus bangkit..

    Suka

  2. Salam Hormat dan Damai…
    dari Banyuwangi nih..
    .
    .
    Sekedar share aja…
    ada seorang Gus dri Banyuwangi, dulu pernah manggil Dewi Kuan Im…
    saya tau itu dari tmen saya yang di kasih Pusaka Rantai emas sama Gus itu…
    Malahan temen saya mimpi bertemu dewa Wisnu sebelum di kasih Pusaka itu…

    Nuwun

    Suka

  3. ya.menurut ku masuk akal jg.krn percaya g percaya suamiku adl turunan dewa durhga.atau betara durga.yaitu dewa cinta.manusia yg diangkat drajatnya kekayangan pd dahulu kala n akirnya diberi istri nyi durga.tp krn g memiliki keturunan maka menurunkan wahyu titisanya pd ank manusia.setiap generasi.n menurut suamiku yg pernah dititisi wahyunya yaitu pangeran samber nyowo seorang raja pajajaran.dan gurunya mbah no.dan yg terakir saat ini adl suamiku yg berjuluk samber nyowo wahyu yoga panuntun.beliau manusia pilihan dewa.yg jelas punya kekuatan lebih tp utk kebahagian istrinya lahir n batin.semoga amanah tidao akn menggunakan kekuayanya shgg manusia dibumi jawa aman rmh tangganya g akn angkara murka.n yg jelas ku bahagia mjd wanita kinasih yg menjadi pendampingnya wlwpun ujian.lbh brat dr orang x biasa.percya tidak hy ku yg ra.alohualam

    Suka

Tinggalkan Balasan ke jambul abang Batalkan balasan